Sabtu, 07 Mei 2016

Moment.

Dari hal yang paling sederhana sampai yang luar biasa menurutku, aku tidak tau, semakin berusaha aku melupakan yang ada semua bayangan itu semakin nyaman bersemayam didalam pikiran. Lucunya, tidak sedikitpun lupa, bahkan setiap detilnya masih tergambar indah dan jelas. Cara-caranya membuat bahagia itu termasuk anti mainstream. Kenapa? Soalnya ketika cowok lain menggunakan cara yang lembut dan indah untuk membahagiakan, tidak dengan dia, caranya sungguh kejam, tapi dengan kejamnya itu aku merasa diperhatikan, dan itu membahagiakan.
Yang ku tau, cinta itu tidak butuh alasan, juga tidak butuh diucapkan. Karna cinta itu, aku yang rasa dan dia yang peka. Yaa.. dia sangat peka. He tried his best. Cara memperhatikannya yang aneh namun selalu membuatku nyaman, yaaa sangat nyaman. Setiap up dan down yang kulalui, selalu ada dia, entahlah ini sekedar peka atau apa, tapi aku sangat bersyukur tentang itu.

Apakah mencintai harus bersatu sebagai pacar?
I think no. Pacaran hanya akan membuat dia dan aku sendiri merasa tidak nyaman. Kok gak nyaman? Heem. Karna dengan pacaran kita tertekan untuk menjaga komunikasi berdua, dan itu tidak mudah. Bahkan kadang dengan pacaran kita saling membatasi pasangan untuk dekat dengan seseorang. Maksudnya yaa, jika sudah dihalalkan secara agama sih why not, tapi kalau hanya sekedar itu kenapa harus?
Rasanya ingin sekali menulis semua kenangan, agar suatu saat mungkin jika aku amnesia aku akan membacanya dan mengingatnya. Berlagak seperti sinetron jaman sekarang yang ketika cinta sudah begitu dalam, malah amnesia. Duh. Tapi untuk menulis semuanya bahkan mungkin aku tidak sanggup, mungkin jemari ini akan lelah dan berhenti, sungguh banyak memori sejauh ini, belum jauh, aku mengenalnya baru enambulan dari sekarang, masih ada enambulan lagi tersisa sebelum waktu membentangkan jaraknya diantara aku dan dia. Yaa.. waktu itu. Mungkin aku akan mempersiapkan diriku mulai dari sekarang.
Tenang. Aku memang mencinta. Tapi aku sama sekali tidak terobsesi untuk memilikinya sebelum aku dan dia menempuh jalan yang berat untuk menuju halal. Simple sebenarnya, pilih wadah hati untuk menampung cinta, pilih yang disana ada nafsu atau bukan, semuanya tergantung dari itu. Dengan mencintainya yang nyaris sempurna, aku belajar banyak hal, termasuk belajar untuk mencintainya dalam diamku, atau ketika diam itu susah, hanya menulis seperti yang aku lakukan. Aku juga belajar untuk mencangkul benih-benih cinta baru, karna aku yakin tidak semua benih itu menguntungkan. Yang pasti aku pelajari adalah, aku belajar untuk melepaskannya bahkan sebelum aku memilikinya. Aku belajar semuanya.
Semua yang aku lakukan semua yang membuatku nyaman dan bahagia ketika bersamanya, semua sangat konyol moment. Sangat tidak masuk akal. Bahkan aku bisa sangat bahagia hanya karna Ia melihat kearahku dan tersenyum. Sungguh itu konyol, bahkan ketika aku merasakan badanku drop untuk sekian hari, antara kelelahan juga terserang virus kala itu, ajaibnya hanya dengan bertemu dengannya melihat senyum dan tawa riangnya, semua beban dikepala pergi, panas tinggiku bahkan turun detik itu juga. Haha konyol. Kadang aku tidak tau kalau cinta sekonyol ini, sangat konyol.
Sifat cueknya, sifat dinginnya, itu sudah biasa, itu memang yang berusaha ia perlihatkan kepada banyak orang, tapi itu bukan dia yang sebenarnya, itu hanya topeng. Sekedar topeng. Ketika itu, ketika ia bangun pagi-pagi buta dan membuat semuanya mudah, aku merasa dia adalah dirinya. Ketika langkah kaki berjalan terburu oleh waktu, dan ia yang kala itu masih sibuk dengan aktifitasnya, dengan cepat ia berlari menuju lantai puncak bangunan kerja kami, belum jauh aku berjalan, aku mendengar suaranya berteriak menyebut kearahku, aku tersenyum dan sangat bahagia, aku tidak tau jika ia akan melakukan itu. Kejutan-kejutannya akan selalu kuingat. Setiap tingkahnya yang seperti bocah sangat membekas di memoriku.
Kita pernah jauh, bahkan sangat sampai aku sulit menggapainya kembali. Hanya memandang kearahnya saja aku tak mampu kala itu. Setelah kedekatan yang  bisa dikatakan terlalu dalam, kemudian datang masalah yang tidak dijelaskan, aku merasakan dia menarik tali, membuat jarak diantara kami. Sangat berat. Egoisme masing-masing juga sangat kuat, sehingga aku harus stuck dan sabar disitu. Bahkan, aku sudah menyerah. Ia memilih memasang jarak dengan orang lain, aku tidak cemburu karna aku tidak ada hak untuk itu, aku hanya tidak terima karna tidak ada kata apapun, bahkan aku selalu bertanya tentang kesalahan apa yang sudah aku lakukan. Dan itu hanya dalam otakku saja. Sayangnya.


-xx-

Tidak ada komentar:

Posting Komentar