Dari hal yang paling
sederhana sampai yang luar biasa menurutku, aku tidak tau, semakin berusaha aku
melupakan yang ada semua bayangan itu semakin nyaman bersemayam didalam
pikiran. Lucunya, tidak sedikitpun lupa, bahkan setiap detilnya masih tergambar
indah dan jelas. Cara-caranya membuat bahagia itu termasuk anti mainstream.
Kenapa? Soalnya ketika cowok lain menggunakan cara yang lembut dan indah untuk
membahagiakan, tidak dengan dia, caranya sungguh kejam, tapi dengan kejamnya
itu aku merasa diperhatikan, dan itu membahagiakan.
Yang ku tau, cinta itu tidak
butuh alasan, juga tidak butuh diucapkan. Karna cinta itu, aku yang rasa dan
dia yang peka. Yaa.. dia sangat peka. He tried his best. Cara memperhatikannya
yang aneh namun selalu membuatku nyaman, yaaa sangat nyaman. Setiap up dan down
yang kulalui, selalu ada dia, entahlah ini sekedar peka atau apa, tapi aku
sangat bersyukur tentang itu.
I think no. Pacaran hanya
akan membuat dia dan aku sendiri merasa tidak nyaman. Kok gak nyaman? Heem.
Karna dengan pacaran kita tertekan untuk menjaga komunikasi berdua, dan itu
tidak mudah. Bahkan kadang dengan pacaran kita saling membatasi pasangan untuk
dekat dengan seseorang. Maksudnya yaa, jika sudah dihalalkan secara agama sih
why not, tapi kalau hanya sekedar itu kenapa harus?
Rasanya ingin sekali menulis
semua kenangan, agar suatu saat mungkin jika aku amnesia aku akan membacanya
dan mengingatnya. Berlagak seperti sinetron jaman sekarang yang ketika cinta sudah
begitu dalam, malah amnesia. Duh. Tapi untuk menulis semuanya bahkan mungkin
aku tidak sanggup, mungkin jemari ini akan lelah dan berhenti, sungguh banyak
memori sejauh ini, belum jauh, aku mengenalnya baru enambulan dari sekarang,
masih ada enambulan lagi tersisa sebelum waktu membentangkan jaraknya diantara
aku dan dia. Yaa.. waktu itu. Mungkin aku akan mempersiapkan diriku mulai dari
sekarang.
Tenang. Aku memang mencinta.
Tapi aku sama sekali tidak terobsesi untuk memilikinya sebelum aku dan dia menempuh
jalan yang berat untuk menuju halal. Simple sebenarnya, pilih wadah hati untuk
menampung cinta, pilih yang disana ada nafsu atau bukan, semuanya tergantung
dari itu. Dengan mencintainya yang nyaris sempurna, aku belajar banyak hal,
termasuk belajar untuk mencintainya dalam diamku, atau ketika diam itu susah,
hanya menulis seperti yang aku lakukan. Aku juga belajar untuk mencangkul
benih-benih cinta baru, karna aku yakin tidak semua benih itu menguntungkan.
Yang pasti aku pelajari adalah, aku belajar untuk melepaskannya bahkan sebelum
aku memilikinya. Aku belajar semuanya.
Semua yang aku lakukan semua
yang membuatku nyaman dan bahagia ketika bersamanya, semua sangat konyol
moment. Sangat tidak masuk akal. Bahkan aku bisa sangat bahagia hanya karna Ia
melihat kearahku dan tersenyum. Sungguh itu konyol, bahkan ketika aku merasakan
badanku drop untuk sekian hari, antara kelelahan juga terserang virus kala itu,
ajaibnya hanya dengan bertemu dengannya melihat senyum dan tawa riangnya, semua
beban dikepala pergi, panas tinggiku bahkan turun detik itu juga. Haha konyol.
Kadang aku tidak tau kalau cinta sekonyol ini, sangat konyol.
Sifat cueknya, sifat
dinginnya, itu sudah biasa, itu memang yang berusaha ia perlihatkan kepada
banyak orang, tapi itu bukan dia yang sebenarnya, itu hanya topeng. Sekedar
topeng. Ketika itu, ketika ia bangun pagi-pagi buta dan membuat semuanya mudah,
aku merasa dia adalah dirinya. Ketika langkah kaki berjalan terburu oleh waktu,
dan ia yang kala itu masih sibuk dengan aktifitasnya, dengan cepat ia berlari
menuju lantai puncak bangunan kerja kami, belum jauh aku berjalan, aku
mendengar suaranya berteriak menyebut kearahku, aku tersenyum dan sangat
bahagia, aku tidak tau jika ia akan melakukan itu. Kejutan-kejutannya akan
selalu kuingat. Setiap tingkahnya yang seperti bocah sangat membekas di
memoriku.
Kita pernah jauh, bahkan
sangat sampai aku sulit menggapainya kembali. Hanya memandang kearahnya saja
aku tak mampu kala itu. Setelah kedekatan yang
bisa dikatakan terlalu dalam, kemudian datang masalah yang tidak
dijelaskan, aku merasakan dia menarik tali, membuat jarak diantara kami. Sangat
berat. Egoisme masing-masing juga sangat kuat, sehingga aku harus stuck dan
sabar disitu. Bahkan, aku sudah menyerah. Ia memilih memasang jarak dengan
orang lain, aku tidak cemburu karna aku tidak ada hak untuk itu, aku hanya
tidak terima karna tidak ada kata apapun, bahkan aku selalu bertanya tentang
kesalahan apa yang sudah aku lakukan. Dan itu hanya dalam otakku saja.
Sayangnya.
-xx-
Tidak ada komentar:
Posting Komentar